Malam ini, aku hanya ingin sekedar bercerita disini. Tanpa basa-basi, tanpa ucapan salam, tanpa alasan, dan tanpa paksaan. Aku hanya ingin menulis. Tulisan yang seharusnya aku ungkapkan pada ibu dan ayahku.
Ibu, aku hanya ingin bersamamu di bulan suci nanti. Aku hanya ingin memakan apa yang ibu buatkan. Meski itu hanya oseng kangkung dan telor. Aku hanya ingin makan sahur dan berbuka di samping ibu. Aku hanya ingin salat tarawih di samping ibu. Aku hanya ingin melewatkan masa-masa bahagianya umat islam dengan ibu. Tahukah ibu, bagaimana rasanya aku ingin menangis sekencang-kencang melalui telpon ? Tahukah ibu, bagaimana rasanya menahan kerinduan dibalik obrolanku yang ceria dan ringan itu ? Tahukah ibu, bagaimana keadaanku saat di kamar kos sendirian ??
Ayah, tahukah ayah bagaimana besarnya keinginanku untuk memeluk ayah ? Untuk mengucapkan kata sayang pada ayah ? Tahukah ayah, betapa besarnya keinginanku untuk sekedar mengelap keringatmu ? Keringat kerja kerasmu untuk aku disini. Tahukah ayah, aku ingin mendengar lantunan ayat suci yang setiap harinya aku dengar di dalam rumah ? Tahukah ayah aku ingin sekali saja menjadi anak kecil dan digendong ayah ??
Tahukah ibu, tahukah ayah.....keadaan yang sangat aku benci adalah ketika aku harus menahan airmataku, memendam perasaanku, menyembunyikan sedihku. Tahukah, mengapa aku melakukan hal tersebut ? Ayah, ibu......aku melakukannya hanya untuk sekedar memberitahu ayah dan ibu bahwa aku adalah wanita yang kuat. Aku tidak ingin ayah dan ibu melihat tetesan airmataku yang bahkan aku sendiri tidak dapat membendungnya. Aku ingin ayah dan ibu percaya bahwa aku bisa menghadapi dunia ini. Lalu, bagaimana dengan sikapku yang harus selalu menunggu perintah ? Mengapa aku menyukai dikte-an dari ayah dan ibu, apakah ayah dan ibu tau hal tersebut ? Aku tidak akan pernah untuk siap kehilangan ayah dan ibu. Karena aku tidak ingin sendirian di dunia ini. Aku ingin ayah dan ibu selalu ada hingga nanti aku menua. Bahkan jika ramuan yang dapat membuat seseorang abadi itu benar-benar ada, aku akan membeli ramuan tersebut untuk ayah dan ibu. Maafkan aku ayah, ibu, aku bukannya untuk tidak mau bekerja sendiri, aku bukannya tidak mau untuk bersikap dewasa di rumah, bukan pula aku tidak mau menjadi seorang kakak untuk adikku. Aku hanya tidak ingin ditinggalkan oleh ayah dan ibu. Aku tidak ingin mengarungi lautan hanya dengan sebuah perahu tanpa nahkoda dan awak kapal.
Ayah...ibu...tahukah aku benar-benar menangis ketika aku menuliskan tulisan ini. Tahukah ayah dan ibu, di malam hari ketika yang lain ada yang sudah tidur, ada yang masih mengobrol aku terkadang menangis, menahan untuk tidak bicara apapun.
Ibu, tahukah ibu perasaan sayangku, perasaan rinduku, perasaan cintaku pada ibu tidak cukup bila aku harus menghitung berapa butir debu yang ada di dunia bahkan di alam semesta ini.
Ayah, tahukah ayah betapa besarnya keinginanku untuk menggantikan posisi ayah dalam mencari nafkah dalam banting tulang, memeras keringat ? Tahukah ayah betapa besarnya perasaan cintaku, sayangku, rinduku pada ayah ? Bahkan tidak ada rumus untuk menghitung dan mencari berapa nominal besarnya hal tersebut ayah...
Ibu, ayah...bila waktu yang tersisa untuk hidup adalah 100 tahun. Aku akan meminta untuk mati pada 99 tahun 364 hari, karena aku tidak ingin melewatkan satu haripun tanpa ayah dan ibu.
21614
Artikel Lengkap → Prediksi hujan di awal 'Pahala Expo'